Jangkrik Raksasa Pemakan Daging Di Indonesia

Oleh: Kak Nurul Ihsan

Inilah beruang Kodiak Alaska.

Berat beruang kodiak alaska 1000 kg.

Bila berdiri, tinggi beruang kodiak bisa mencapai 4 meter.

Penciuman dan kuku beruang kodiak amat kuat, lho.

Mayoritas HIdup di Darat

Sebagian besar hewan karnivora hidup di darat, seperti harimau, serigala, singa, dan lain-lain. Namun, ada juga yang hidup di air atau amfibi seperti hiu, buaya atau ular.

Kemampuan Memakan Karang:

Beruang Kodiak juga dapat memakan karang laut, dan mereka kadang-kadang menggali karang untuk mendapatkan krustasea di dalamnya.

Beruang Kodiak sering kali menggunakan tempat berlindung sementara, seperti gua atau celah di tebing, dan tidak membangun sarang permanen.

Jenis-jenis Hewan Pemakan Daging

Dilansir laman livescience.com, karnivora terbagi menjadi beberapa jenis yang terbagi atas makanannya. Ada karnivora yang hanya makan daging, namun ada juga yang makan buah-buahan. Jenis-jenis karnivora antara lain:

Hyper karnivora adalah jenis hewan yang 70%-90% makanan utamanya adalah daging. Sementara sisanya merupakan kombinasi tumbuhan atau kacang-kacangan. Karnivora jenis ini tidak memiliki pencernaan yang baik untuk mencerna makanan lain selain daging. Salah satu contoh hyper karnivora adalah harimau.

Meso karnivora adalah jenis hewan yang 50%-70% makanannya daging, sementara sisanya adalah tumbuh-tumbuhan. Walaupun tidak sebanyak hyper karnivora, makanan utama meso karnivora tetap daging. Biasanya ukuran tubuhnya lebih kecil dari hyper karnivora. Contoh meso karnivora adalah rubah dan rakun.

Hypo karnivora mengonsumsi 30% daging dan sisanya adalah kombinasi tumbuhan, buah atau kacang-kacangan. Hewan jenis ini juga termasuk omnivora karena mengkonsumsi daging dan nabati. Contoh hewan hypo karnivora adalah beruang grizzly.

Salah Satu Jenis Terbesar:

Beruang Kodiak adalah salah satu jenis beruang terbesar di planet ini. Mereka memiliki berat maksimum 680 kg dan tinggi bahu hingga 3 meter.

Dinosaurus tak bisa beradaptasi dengan perubahan bumi.

Jauh sebelum kemunculan manusia modern, Bumi ini ternyata pernah dikuasai oleh cacing raksasa. Makhluk karnivora ini merupakan penguasa paling awal dari kerajaan hewan purba ini.

Lebih dari 518 juta tahun yang lalu, makhluk dengan panjang sekitar 30cm ini merupakan salah satu hewan perenang terbesar yang pernah ada. Rahangnya yang relatif besar, antenanya yang panjang, dan siripnya yang beriak menjadikannya musuh yang tangguh.

Sebuah tim ilmuwan internasional, yang dipimpin oleh para ahli di Korea Polar Research Institute (KPRI), telah secara resmi memberi nama spesies baru tersebut Timorebestia koprii. Kata pertamanya 'binatang teror' dalam bahasa Latin.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Timorebestia adalah raksasa pada masanya dan berada di puncak rantai makanan," kata ilmuwan Bumi Jakob Vinther dari Bristol University, dikutip dari Science Alert.

"Hal ini membuatnya sama pentingnya dengan beberapa karnivora utama di lautan modern, seperti hiu dan anjing laut pada periode Kambrium," sambungnya.

Penemuan spesies ini didasarkan pada 13 fosil yang ditemukan di Greenland Utara. Dalam sistem pencernaan beberapa fosil, peneliti menemukan bukti adanya makanan. Secara khusus, artropoda bivalvia, disebut Isoxys.

Saat ini, kerabat Timorbestia yang masih hidup dikenal sebagai cacing panah, dan ukurannya jauh lebih kecil dibandingkan banyak hewan lain yang berenang di lautan. Namun demikian, cacing ini masih menjadi predator penting dalam jaring makanan modern, dengan memangsa mangsa dasar seperti zooplankton.

Fosil nenek moyang cacing panah dapat ditelusuri hingga 538 juta tahun yang lalu. Fosil tersebut beberapa juta tahun lebih tua dari fosil artropoda purba yang diketahui, seperti serangga, laba-laba, atau krustasea.

"Cacing panah, dan Timorebestia yang lebih primitif, merupakan predator yang berenang," jelas Vinther.

"Oleh karena itu, kami dapat menduga bahwa kemungkinan besar mereka adalah predator yang mendominasi lautan sebelum artropoda berkembang biak. Mungkin mereka memiliki dinasti sekitar 10-15 juta tahun sebelum mereka digantikan oleh kelompok lain yang lebih sukses," jelasnya.

Ini bukan satu-satunya predator pada saat itu yang tersingkir dari tahta ekologis mereka. Diversifikasi kehidupan secara evolusioner yang pesat selama periode Ledakan Kambrium mengubah jaring makanan secara dramatis.

Beberapa ilmuwan menduga bahwa zaman 'dunia cacing' menjadi titik balik yang kritis ini. Dalam artikel tahun 2016, para ahli berpendapat bahwa terobosan evolusioner yang dicapai oleh cacing air purba, termasuk strategi, perilaku, dan fisiologi baru, meningkatkan keanekaragaman ekosistem laut dan pada akhirnya menandai berakhirnya zaman Prakambrium.

Timorebestia, misalnya, mungkin merupakan langkah evolusi penting dalam perkembangan rahang internal di kalangan predator. Cacing panah purba, meskipun berkerabat dekat dengan Timorebestia, menangkap mangsanya bukan dengan mulutnya tetapi dengan bulu luarnya.

"Selama serangkaian ekspedisi ke Sirius Passet yang sangat terpencil di wilayah terjauh Greenland Utara, kami telah mengumpulkan beragam organisme baru yang menarik," kata pemimpin ekspedisi lapangan Tae Yoon Park dari KPRI.

"Kami memiliki lebih banyak temuan menarik untuk dibagikan di tahun-tahun mendatang yang akan membantu menunjukkan bagaimana ekosistem hewan paling awal terlihat dan berevolusi," ujarnya.

Artikel ini telah tayang di detikInet dengan judul Bumi Pernah Dikuasai Cacing Predator Raksasa

Hewan bisa digolongkan berdasarkan jenis makanannya, yaitu omnivora (pemakan segalanya), herbivora (pemakan tumbuhan), dan karnivora (pemakan daging). Hewan pemakan daging sering digambarkan sebagai hewan buas yang menyeramkan.

Sebagian besar karnivora memang buas, namun tidak semuanya seperti itu, lho. Hewan pemakan daging juga terbagi menjadi beberapa jenis. Ingin tahu apa saja jenis dan contoh hewan karnivora? Baca artikel ini sampai habis, ya!

Jangkrik Pemakan Daging dari Zaman Dinosaurus

Selasa, 8 Februari 2011 - 09:11 WIB

VIVAnews - Sebuah fosil serangga predator dari zaman dinosaurus baru-baru ini ditemukan di lapisan kapur yang terletak di wilayah utara Brazil. Serangga ini adalah serangga karnivora pemakan daging yang berasal dari 100 juta tahun silam.

Nenek moyang jangkrik itu hidup di periode Cretaceous, sesaat sebelum superbenua Gondwana (superbenua yang mencakup benua Afrika, Amerika Selatan, Australia, India, Arab, dan Antartika saat ini) terpecah.

Seperti dikutip dari situs LiveScience, ia berasal dari genus Schizodactylus atau jangkrik berkaki miring. Genus Schizodactylus mencakup jangkrik yang ada saat ini, belalang, serta binatang bernama katydid.

"Nama ini mereka dapatkan sesuai dengan kaki yang mereka miliki yang membuat mereka bisa melenting dan menyokong tubuh mereka di habitat berpasir untuk memburu mangsa mereka," kata Sam Heads, Ketua peneliti yang menemukan fosil ini.

Saat berburu, kata Heads, spesies ini sebenarnya tak menggunakan strategi khusus. Serangga bertubuh tambun ini keluar malam hari menyisir habitat mereka untuk mencari mangsa. "Mereka bisa bergerak dengan cepat bila diperlukan... dan mereka cukup rakus," ujar Sam yang berasal dari University Illinois itu.

Setidaknya, ia memiliki perbedaan dengan jangkrik yang ada saat ini. Dengan panjang sekitar 6 cm dari kepala hingga ke bagian belakang tubuhnya, ia memiliki postur yang agak aneh.

Antenanya lebih panjang dari tubuhnya. Jangkrik ini juga memiliki sayap yang tergulung dan kaki yang tajam seperti sepatu salju. Menurut Heads, ini untuk mendukungnya tetap bisa menjejak di daerah berpasir.

Namun, jangkrik yang sangat agresif ini tak bisa terbang walaupun memiliki sayap. Sayapnya, kata Heads biasanya hanya bisa dimekarkan saat diperlukan. Secara umum, kata Heads, jangkrik ini tidak begitu banyak mengalami evolusi atau mengalami periode 'evolutionary stasis' selama paling tidak 100 juta tahun. (sj)

Predator Terampil:

Selama musim pemijahan, predator terampil menangkap salmon di sungai-sungai Alaska.

Dinosaurus Punah Bukan karena Asteroid

Tingkat Kepemilikan Tanah:

Beruang Kodiak sering mengklaim memiliki wilayah berburu yang sangat luas.